POPAYATO - Sebuah pemandangan menarik terjadi di Desa Torosiaje, Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, ketika seorang warga aktif membudidayakan ikan kerapu cantang.
Desa ini, yang mayoritas dihuni oleh Suku Bajo, terkenal sebagai desa terapung yang menjadi lokasi budidaya ikan yang unik.
Warga Torosiaje menggunakan metode budidaya ikan kerapu cantang dengan jaring dan keramba. Jaring tersebut terletak di sekitar rumah mereka dan diikatkan pada tiang pancang.
Baca Juga: Ditemukan Molekul Air pada Permukaan Asteroid untuk Pertama Kalinya
Pemeliharaan ikan ini melibatkan pemberian pakan berupa ikan kecil yang dibeli dari pengumpul.
Proses pemeliharaan dilakukan dengan telaten, dan ikan kerapu cantang diberi waktu tumbuh selama delapan hingga 12 bulan sebelum dipanen.
Saat dipanen, harga ikan kerapu cantang di pasar lokal berkisar antara Rp70 ribu hingga Rp100 ribu per kilogram.
"Kegiatan ini menjadi sumber penghasilan yang signifikan bagi warga Torosiaje. Selain memberikan manfaat ekonomi, budidaya ikan kerapu cantang juga menjadi bagian dari kearifan lokal dan warisan budaya Suku Bajo," ungkap seorang tokoh masyarakat setempat.
Torosiaje bukan hanya sekadar desa terapung, tetapi juga menciptakan ladang pekerjaan dan kontribusi positif bagi perekonomian masyarakat setempat.
Budidaya ikan kerapu cantang di Desa Torosiaje mencerminkan harmoni antara tradisi lokal dan keberlanjutan ekonomi. ADM